Thursday 30 June 2011

Tucker & Dale vs Evil

2010

Maple Pictures

Genre: Comedy-Horror

Sutradara: Eli Craig

Pemain: Tyler Labine, Alan Tudyk, Katrina Bowden, Jesse Moss, Chelan Simmons

Penulis: Eli Craig & Morgan Jurgenson

Sinematografer: David Geddes

Musik: Michael Sields & Andrew Kaiser

Durasi: 89 menit

MPAA Rating: Not Rated

Nilai: -A


Tucker & Dale vs Evil betul-betul sebuah film horror-comedy yang segar dan menghibur. Film ini berhasil membikin kekonyolan dari sebuah tipikal scenario yang tampaknya telah menjadi rumusan baku dalam produksi film bergenre slasher-thriller. Tak pernah rasanya saya begitu terbahak melihat adegan tubuh yang terpotong-potong selain dari skenario yang disajikan film ini. Ya, humornya mungkin agak sedikit kelam, namun sama sekali tidak bersifat psychotic. Semuanya murni komedi situasional.

Ceritanya pasti sudah akrab di benak para penggemar film horor. Perhatikan: sekelompok mahasiswa – pergi berlibur – pembunuh psikopat – mahasiswa mati satu per satu – satu/dua orang (biasanya yang paling ganteng/cantik) berhasil selamat. Bedanya dengan film horor biasa, Tucker & Dale vs Evil punya elemen tambahan: dua karakter menyedihkan bernama Tucker dan Dale. Dua orang anak gunung yang polos dan baik hati ini adalah distorsi paling lucu dalam sejarah film thriller.

Secara kebetulan mereka berdua juga sedang berlibur di lokasi yang sama dengan lokasi berlibur sekelompok mahasiswa. Kekacauan mulai terjadi ketika para mahasiswa tersebut mengira Tucker dan Dale menculik salah seorang di antara mereka, meski pada kenyataannya Tucker dan Dale justru sedang menolong mahasiswi tersebut.

Dengan penampilan seperti anggota keluarga The Hewitt, bukan hal yang aneh jika mahasiswa-mahasiswa berpikiran sempit tersebut mengira Tucker dan Dale sebagai sepasang maniac killers. Apa lagi kemudian, atas dasar ketidaksengajaan dan kebodohan mereka sendiri, mahasiswa-mahasiswa itu mulai mati satu per satu. Mulai dari sini situasinya akan semakin runyam dan, justru, membuat ceritanya menjadi semakin konyol. Dari segi skenario dan ide cerita, film ini jauh lebih unggul ketimbang film-film lain sejenis, misalnya Scary Movie.

Sayangnya ide cerita yang segar tersebut tidak di-finishing secara baik. Sang penulis skenario tampaknya tak mau mengambil resiko untuk tidak menjadi konvensional seratus persen. Pada satu titik film ini terjerumus juga pada tradisi cerita horor khas Amerika: pemunculan tokoh pembunuh psikopat sungguhan, meski alasan pemunculannya agak dipaksakan.

Akibatnya, semangat bermain-main yang menjadi keunggulan film ini justru menjadi hilang. Dengan memaksakan munculnya seorang tokoh “antagonis murni”, film komedi-horor ini pada akhirnya menjadi film horor betulan. Padahal, spirit ‘playfulness’ tersebutlah yang membuat kita betah menonton film ini sampai akhir. Apa boleh buat…

1 comment:

  1. Baca sinopsisnya sih kayanya filmnya bakalan rame.

    ReplyDelete