2013
Sutradara:
Martin Scorsese
Pemain:
Leonardo DiCaprio, Jonah Hill, Margot Robbie, Matthew McConaughey,
Kyle Chandler, Rob Reiner, Jon Bernthal, dan Jon Favreau
Penulis:
Terence Winter, berdasarkan buku The
Wolf of Wall Street
karya Jordan Belfort
Durasi:
179 Menit
Nilai:
-A
The
Wolf of Wall Street
adalah sebuah komedi gelap tentang Amerika. Subjek utama komedi satir
ini adalah segelintir elit yang dikenal sebagai the
one percent,
yakni para super-kaya Amerika yang menjalani kehidupan bagai tak ada
hari esok. Mereka adalah segelintir kecil pialang Wall Street dan
manajer bank investasi yang konon menguasai sebagian besar
konsentrasi kemakmuran seluruh populasi negeri di dalam kantong
pribadi mereka sendiri. Sebagai representasi para elit ini, Martin
Scorsese menghadirkan kepada kita karakter Jordan Belfort (Leonardo
DiCaprio).
Pada
usia 22 tahun, Jordan Belfort bekerja sebagai seorang pialang saham
pada L.F. Rothschild. Ketika perusahaan finansial itu bangkrut
pada tahun 1987, Jordan pindah ke Long Island dan bekerja pada sebuah
perusahaan kecil yang menjual saham gorengan (penny
stocks).
Di Long Island, ia berkenalan dengan Donnie Azoff (Jonah Hill) dan
bersepakat untuk membangun perusahaan finansial mereka sendiri.
Dibantu beberapa sahabat Jordan yang hampir kesemuanya adalah
pengedar narkoba, keduanya kemudian meraih sukses: pendapatan mereka
mencapai 49 juta dollar per tahun, dan para serigala Wall Street ini
menjadi orang kaya baru yang paling menarik perhatian. Pertanyaannya:
apakah kesuksesan tersebut diraih dengan cara-cara halal? Tentu saja
tidak.
Praktek
yang dilakukan perusahaan Jordan Belfort dkk. adalah teknik klasik
pump-and-dump,
yakni teknik menaikkan harga saham-saham butut berdasarkan rumor dan
berita bohong, lalu menjual saham-saham tersebut ketika harga naik.
Yang menjadi korban, tentu saja, adalah para investor. Tetapi tidak
masalah, kata Tuan Belfort. Toh, uang para investor tersebut akan
jauh lebih berguna berada di tangan Jordan dan kawan-kawan. Mereka
lebih tahu bagaimana menghabiskan uang-uang itu secara lebih
“berkelas”.
Pernyataan
tersebut adalah sebuah satir. Tindakan “berkelas” bagi para
serigala ini adalah menyewa pelacur tiap malam, menghirup kokain,
menenggak quaaludes, mengadakan pesta orgy di kantor, dan segala
bentuk kegilaan hedonistik lainnya. Bisa dibilang, Jordan Belfort
adalah Caligula jaman modern. Perilaku hedonis orang-orang di dalam
film ini benar-benar di luar kewajaran, sampai-sampai membuat kita
sedikit ragu kalau film ini benar-benar diangkat dari sebuah kisah
nyata.
Bagi
Martin Scorsese sebagai sutradara, tema yang diangkat pada film ini
bukanlah barang baru. Semenjak Mean
Street (1973),
Scorsese memang terkenal sebagai sutradara yang suka mengangkat tema
the
American dream
dengan nada sinis dan muram. Bedanya, jika subjek cerita pada
film-filmnya yang terdahulu memang dapat dikategorikan sebagai
gangster, The
Wolf of Wall Street adalah
kisah tentang orang-orang biasa. Pada awal film diceritakan bahwa
Jordan Belfort hanyalah seorang anak muda dengan watak family
man
dan pekerja keras. Semuanya mulai berubah ketika ia menyadari betapa
mudah dan menyenangkan menjadi kaya raya melalui jalan pintas.
Di
sinilah daya pikat utama film terbaru karya Scorsese ini. Kritik
sosial yang dilayangkan film ini tidak diceritakan melalui
penggambaran dunia gelap mafioso yang jauh dari realitas keseharian
penonton. Scorsese tampaknya menyadari, pasca-krisis finansial tahun
2008, mimpi buruk kegagalan the
American dream
tidak hanya menghantui mereka yang dikategorikan sebagai kelompok
marjinal (khususnya para imigran), tetapi juga menghantui mayoritas
masyarakat Amerika kebanyakan. The
99 percent.
Mereka inilah korban sesungguhnya dari ketamakan dan kerakusan
serigala-serigala Wall Street seperti Jordan Belfort.
The
Wolf of Wall Street memang
bukan The
Departed
(2006), masterpiece
Scorsese yang mendapat 4 piala Oscar itu. Film ini tidak memiliki
plot dan relasi antar karakter yang terlalu kompleks. Tapi justru
karena itu film ini sangat menghibur. Film ini didanai secara penuh
oleh sebuah studio independen sehingga Scorsese tidak perlu bersusah
payah “memperhalus” konten cerita dan joke-joke vulgar yang
menjadi kekuatan film ini.
Banyaknya
nama besar di dalam jajaran pemain menjadi daya tarik tersendiri.
Leonardo DiCaprio, seperti biasa, tampil cemerlang. Piala Oscar untuk
aktor terbaik adalah takdir Leonardo yang hanya tinggal menunggu
waktu. Tetapi kejutan justru datang dari Matthew McConaughey dan
Jonah Hill. Matthew McConaughey hanya tampil sekitar 10 menit, tapi
adegan yang ia lakoni (adegan senandung sambil memukul-mukul dada
itu) justru menjadi adegan paling tidak terlupakan sepanjang film.
Sedangkan Jonah Hill secara kocak berhasil membawakan karakter Donnie
Azoff yang degil dan menyebalkan. Masuk daftar nominasi untuk aktor
pendukung terbaik pada Oscar tahun ini adalah apresiasi yang pantas
bagi Jonah Hill.
The
Wolf of Wall Street
memang gagal besar di ajang Oscar. Dari 5 nominasi yang diberikan,
tak ada satu pun piala yang diraih. Tetapi rasanya kegagalan tersebut
lebih dikarenakan persaingan film-film di
ajang Oscar 2014
sangat ketat (harus diakui 12
Year a Slave dan
Gravity
memiliki nilai produksi yang lebih tinggi). Namun secara keseluruhan,
The
Wolf of Wall Street
tetap merupakan sebuah film yang sangat asyik untuk ditonton.
No comments:
Post a Comment